This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, April 7, 2018

MAKALAH SEPUTAR PENDAKWAH


MAKALAH

“SEPUTAR PENDAKWAH”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Dakwah




 Disusun Oleh:

Kelompok : 7



Dadang  Abriatma                     : B92217056

Latifatul Zakiyah                       : B92217067

Witrialail Arfiansyah                 : B52217045

Zuhrotun Nisak                         : B52217046



Kelas: C3



Dosen Pembimbing :

M. Anis Bachtiar, M.Fil.I



FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2017








Bismillahirrahmanirrahim...

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang, marilah kita  panjatkan puja dan puji syukur atas segala bentuk rahmat, nikmat, serta inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berkaitan dengan seputar pendakwah. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluaraga, para sahabat-sahabat beliau, serta pengikut yang setia kepada beliau sampai akhir zaman.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah keilmuan dan wawasan bagi para pembaca yang budiman. Untuk ke depannya dapat memperbaiki kesalahan dan menamabah kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

            Kami haturkann terimakasih banyak kepada para dosen, terutama dosen dalam mata kuliah ilmu dakwah yaitu Bapak “ M. Anis Bachtiar M.fill,i”  karena berkat didikan, dorongan dan motivasi dari beliau akhirnya makalah ini kami dapat selesaikan sebagaimana mestinya.













Surabaya, 15 september 2107

                                               

   Penyusun     



DAFTAR ISI























BAB I





  Secara bahasa dakwah adalah berasal dari bahasa arab yakni da`a, yad`u, da`watan. Kata tersebut merupakan isim masdar dari kata da`a yang dalam ensiklopedi Islam diartikan sebagai ajakan, seruan, himbuan, kepada islam. Jadi secara istilah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT. Dakwah bisa dilakukan oleh setiap orang mukmin yang memiliki pepngetahuan  yang luas tentang Islam. Tujuan dakwah adalah  mengajak orang untuk menuju  jalan Allah SWT. sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran yang berbunyi:

        “ Ajaklah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijak), dengan pengajaran yang baik serta berdebatlah dengan mereka secara baik.”

  Melaksanakan tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap mukmin. Setiap pribadi mukmin yang sudah baligh dan berakal baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung dari tugas Rasulullah SAW. Untuk menyampaikan dakwah karena dengan itu Allah menyematkan predikat khoiru ummah bagi umat Muhamad SAW. mengajak manusia ke jalan Allah hukumnya fardu kifayah di negeri-negeri atau wilayah yang sudah da`inya yang melakssanakan dakwah tersebut. Jadi setiap negeri atau wilayah perlu pendakwah, jikalau sudah ada pendakwah di suatu wilayah maka hukumnya fardu kifayah karena telah menggugurkan kewajiban ini terhadap yang lain dan ini merupakan suatu amalan yang agung. Namun jikalau di suatu wilayah atau negeri tidak ada yang melaksanakan dakwah dengan sempurna, maka semua oramg yang ada di dalam sautu wilayah atau negeri tersebut berdosa, dan wajib atas semuanya, yaitu atas setiap orang melaksanakan dakwah sesuai dengan kemamapuan dan kapasitas masing-masing.

  Namun seorang pendakwah atau muballigh  harus memiliki kriteria atau batasan dalam menyampaikan dakwahnya agar dakwahnya itu bisa diterima oleh orang lain, seorang pendakwah juga harus mengambil potret dari Rasulullah SAW. dalam menyampaikan dakwahnya karena Rasul merupakan madinatul ilmi, kemudian probelematika pendakwah harus dipahami supaya pendakwah sukses dalam menyampaikan dakwahnya.




1.      Apa saja batasan (kualifikasi) pendakwah?

2.      Bagaimana potret Nabi sebagai pendakwah?

3.      Apa saja probelematika seputar pendakwah?



C.    Tujuan          

1.      Menjelaskan tentang batasan pendakwah

2.       Menjelaskan bagaimana potret Nabi sebagai pendakwah

3.       Menjelaskan probelematika seputar pendakwah







Batasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa juga diartikan sebagai kualifikasi. Kualifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah macam-maacam, pembatasan. Jadi pada kesempatan kali ini penulis akan menjealaskan tentang batasan-batasan tentang pendakwah ketika menyampaikan pesan dakwahnya kepada mitra dakwah.

Sedangkan, Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah. Ia juga disebut da`i(الداعي). Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan komunikasi (massage) kepada orang lain.[1] Secara ideal pendakwah adalah orawng mukmin yang menjadikan Islam sebagai agamanya Al-Quran sebgai pedomanya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai pemimpin dan teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikannya Islam yang meliputi akidah,syariah, dan akahlak kepada seluruh umat manusia (Bassam al-Shabagh, t.t.:97). Definisi ini menuntut pendakwah untuk mengamalkan ajran islam sebelum menyampaikannya kepada orang lain.

Kualifikasi pendakwah secara umum dibagi dua yaitu; pendakwah laki-laki dan pendakwah perempuan, namun pendakwah perempuan salah satu probelematika dalam dakwah hal ini akan dijelasakan pada pembahasan selanjutnya.

Jadi setiap individu memiliki kewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kompetensi dan kapasitas masing-masing yaitu yang telah mengamalkan secara benar segala aspek dalam Islam,baik itu akidah, akhlak, dan syariah. Sebagaimana yang tertera dalam hadist ynag artinya “barang siapa yang melihat kemukaran maka, nasihatilah (ubahlah) dengan tangannya dan jika tidak bisa maka ubahlah dengan lisan dan jika tidak bisa maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemah iman.

Namun pada kesempatan ini batasan (tutunan ideal) seoarang pendakwah merupakan pembahasan pertama, bagaimana kereteria yang pasti seorang pendakwah meskipun hakikatnya setiap orang dapat berdakwah untuk menyampaikan islam.

Tuntunan ideal untuk pendakwah banyak diutarakan oleh para ulama, diantaranya berikut nama-nama ulama yang mengutarakan tentang hal itu:

1.      Aboebakar Atjeh (1971:m46-49) membuat beberapa syarat bagi pendakwah, yaitu beriman dan percaya sungguh-sungguh akan kebenaran islam yang akan disampaikan; menyampaikannya ddengan lisannya sendiri dan dengan amal perbuatan; dakeah yang disampaikan bukan atas dasar rasa fanatik (ta`assub) kam dan golongan; pesan yang disampaikan berdasarkan kebenaran yang lengkap dengan dasar yang tidak ragu-ragu; rela mengorbankan jiwanya di atada jalan Allah SWT.[2]

2.      `Abd al-Karim Zaydan (1993: 325) juga menghendaki kesempurnaan seorang pendakwah. Ia menunutut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang mendalam, iman yang kokoh, dan hubungan yang kuat dengan Allah SWT..

3.      Abul A`la al-Maududi dalam bukunya Tadzkirah al-Du`ah al-Islam (1984: 36-54) mengatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pendakwah secara peroranagan dapat disimpulkan sebagai berikut:[3]

a)      Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsu demi ketaatan dan mendapat ridho Allah SWT. dan Rasulnya.

b)      Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirnya di hadapan Allah SWT. dan di hadapan umat.

c)      Mampu menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik) dengan budi pekerti dan akhlaknya bagi mitra dakwahnya.

d)      Memiliki persiapan mental, sabar, senang memberi pertolongan kepada oang lain, cinta dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapi tujuan,  dan menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus-menerus secara teratur dan berkesinambungan.



4.      Musatafa Assiba`i (1993: 30-44) memberikan sifat pendakwah yang ideal sebaai berikut:[4]

a)      Sebaiknya pendakwaah dari keturunan yang terhormat dan mulia, sebab kemulian pendakwah atau reformer (pembaru) merupakan daya tarik perhatian masyarakat.

b)      Seorang pendakawah seharusnya memiliki rasa perikemanuasiaan yang tinggi, karwan dengan itulah ia akan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lemah.

c)      Pendakawah memliki kecerdasan dan kepekaan.

d)      Seyogianya seorang pendakwah hidup dengan hasil usahanya sendiri tentunya dengan jalan yang baik.

e)      Riwayat hidup pendakwah merupakan kesuksesan untuk mengajak umat ke jalan Allah, sebab dengan latar belakang hidup yang seperti itu tidak akan ada orang yang akan mengungkit cacat dah aibnya selama dia melakasanakan dakwah.

f)       Pendakwah harus memiliki wawasan yang luas, baik itu hasil riset ataupun observasi di kalangan masyarakat.

g)      Pendakwah harus meluangkan waktu untuk diisi dengan ibadah yang menghampirkan dirinya kepada Allah SWT.

                                 

Dari pendapat Mustafa Assiba`i kita merasa kesulitan untuk menemukan pendakwah yang menemukan kereteria pendakwah yang memiliki syarat di atas. Terlalu smpurna untuk ukuran manusia biasa. Para saahbat Nabi SAW. Pun juga belum tentu semuanya sesuai denagn kriteria tersebut. Kita dapat mengambil dua  point penting persyaratan ideal seorang pendakwah di atas, yaitu berilimu dan beramal, berteori dan mempraktikkannya.

Ada tiga tingkatan pendakwah dari segi pemahaman mengenai ajaran Islam, yaitu:

1.      Pendakwah Mujtahid

Pendakwah Mujtahid adalah orang yang mampu mencurahkan pemikiran dalam menggali pemahaman langsung dari Al-Quran dan Al-Sunnah. Ia tidak hanya menguasai bahasa Arab, namun juga ahli dalam Ilmu Tafsir, Ilmu Hadist, Ushul Fiqh, dan semua cabang ilmu dalam keislaman.

2.      Pendakwah Muttabi`

Pendakwah dalam kategori ini adalah orang yang tidak memiliki kemampuan seperti Pendakwah Mujtahid. Ia hanya menyampaikan produk penyampaian kelmpok pertama.

3.      Pendakwah Muqallid

Pendakwah Muqallid adalah orang yang hanya memahami Islam secara dangkal tanpa mengetahui dasar hukumnya secara detail tapi ia telah terpanggil untuk menyampaikannya kepada mitra dakwah.



Dari ketiga tngkatan pendakwah tersebut, hanya pendakwah yang pertama yang cara intelektual memenuhi syarat sebagai pendakwah. Sedangakan dua tiingkatan di bawahnya tidak memenuhi kriteria pendakwah yang diajukan oleh para ulama.

Seoarang pendakwah yang baik sebelum menyampaikan dakwah kepada masyarakat seharusnya lebih dulu memahami apa yang akan dia sampaiakan. Sangat tidak logis, orang yang mengajak kepada suatu kebaikan padahal ia sendiri yang belum memahami dan mengamalkannya, adalah perbutan dosa jika pendakwah tidak menyesuaikan pesan dakwah yang disampaikan dengan tindakannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT. berfirman dalam surah as-shaff ayat  2 dan 3:

ياأ يها الذين ءا منو ا لم تقولون ما لا تفعلون كبر مقتا عند الله أن تقول ما لا تفعلون

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebpencian di sisi Abahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-shaff: 2-3)

Pendakwah adalah orang yang menjalankan agama yang benar secara akidah dan praktik, mengajak manusia, mengajak memerhatikan Islam maupun tidak, dengan menggunakan berbagai cara. Jadi seorang pendakwah harus memiliki iman kepada Allah SWT. yang kuat, melaksanakn sholat wajib, membayar zakat, puasa di bulan suci Ramdhan. Akan tetapi dalam masalh etika pergaulan, kekhusyuan melaksankan sholat, senang kemewahan, atau hal-hal yang bukan pada kategori hara, masih dapat ditoleransi. Hal ini berdasar pada kaidah fiqih:

لا ينكر المختلف فيه و انما ينكر المتفق عليه

perbuatan yang masih diperselisihkan hukum keharamnnya tidak boleh ditentang, tetapi perbutan yang sudah disepakati keharamnya harus ditentang”



Dengan penyederhanaan kualifikasi atau persyaratan pendakwah, setidaknya ada dua hal positif yang diperoleh. Pertama, setiap umat Tidak mendapati kesulitan bersetatus sebagai pendakwah. Kedua, masyarakat tidak menuntut kualitas moral terlaluu tinggi pada pendakwah. Ia adalah manusia biasa dengan segala kekurangannya. Dengan demikian, masyarakat lebih memfokuskan perhatiannya pada pesan dakwah yang diterima daripada terhadapa pribadi pendakwah. `Ali bin Abi Tholib r.a berpesan:

انظر ما قا ل و لا تنظر من قا ل

“Lihatlah apa yang disampaiakan, jangan melihat siapa yang menyampaiakan”.

Pada hadist di atas dijelasakan bahwa suatu pesan yang baik yang disampaikan oleh siapapun dapat diambil sebagai sebuah pelajaran dan nasehat, hatta seorang pencuri pun kalau yang disampaiakan baik, maka hal itu bisa dijadikan suatu pembelajaran. Jadi jangan sekali-kali kita melihat siapa yang menyampaikan perkara tersebut, tetaplah berpacu pada hadist diatas.


Tidak semua pendakwah yang memiliki kriteria ideal mampu diterima dakwahnya di kalangan masyarakat, boleh jadi orang yang sedikit ilmunya mampu di terima dakwahnya dan mampu mengajak orang-orang ke jalan Allah.

Allah Ta'ala telah memberikan kabar yang agung tentang bagaimana keadaan nabi dalam menghadapi kaumnya ketika berdakwah. Mereka menggunakan metode yang telah ditentukan oleh Allah yaitu mengesakan Allah dan hanya ibadah kepada Allah.[5] Dalam berdakwah tak sedikit kaum yang menentangnya. Pembahasan seputar dakwah nabi yang ditentang oleh kaumnya merupakan masalah yang tidak perlu di panjang lebarkan. Disini kita akan membahas tentang bagaimana metode dakwah yang dilakukan oleh beberapa nabi, diantaranya nabi Muhammad, nabi Musa, nabiIbrahim, nabi Nuh, nabi Yusuf. Berikut urain tentan kisah perjalanan beliau ketika berdakwah:

1. Nabi Nuh

Nabi Nuh dalam berdakwah benar-benar serius mengajak kaumnya kepada mengesakan Allah, beribadah kepada Allah dalam kesungguhan yang totalitas, tanpa merasa lelah ataupun bosan dalam menyeru kepada Tauhid.[6]

Dakwah beliau dibangun di atas dalil dan hujjah yang baik secara logika maupun indrawi. Tetapi kaumnya terus menggantungkan diri mereka dengan berhala-berhala dan sesembahan yang bathil.

2.  Nabi Ibrahim

Bapaknya para nabi, imam ahli tauhid, beliau Nabi Ibrahim AS. Sang kekasih Allah.Beliau berdakwah dengan penuh semangat dan mengajak pada pengesaan Allah, menumpas dan menentang kesyirikan. Nabi Ibrahim melakukan perjalanan yang berat dalam berdakwah. Beliau berdakwah kepada keluarga dan umat. Pertama yang beliau seru adalah bapaknya, kemudian kaumnya dengan hujjah-hujjah yang tidak dapat dibantah. [7]

Keselamatan nabi Ibrahim AS. dari api yang besar, setelah diubah oleh Allah menjadi dingin dan diberikan keselamatan atasnya merupakan tanda kekuasaan Allah yang agung. Bukti dari kenabian dan kejujuran beliau. Sungguh benar tauhid yang beliau emban, dan sungguh bathil kesyirikan pada diri kaumnya.

Upaya mencabut kesyirikan dan kesesatan merupakan suatu keharusan. Dan demikianlah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.

3. Nabi Yusuf

Nabi yang mulia, seorang nabi yang Allah turunkan sebuah ayat yang panjang, menceritakan kehidupan perjalanan hidup beliau sejak masih kanak-kanak hingga beliau wafat.

Nabi Yusuf AS. Memulai dakwah dengan meniti jejak nenek moyang beliau memuliakan aqidah, serata menghina dan menghancurkan kelemahan akal orang-orang musyrik saat mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, seperti berhala-berhala, sapi-sapi, dan gugusan bintang.

Tidak diragukan lagi, satu-satunya jalan perbaikan disetiap tempat dan setiap zaman adalah dakwah aqidah, dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Adapun mengenai hukum syari'ah harus tetap ditegakkan, dan menjadi sebuah keharusan untuk merealisasikan hukum syari'ah Allah.

4. Nabi Musa

Nabi yang kuat dan terpercaya, dakwahnya mengarah kepada tauhid. Dari kecil beliau telah terdidik dan dibesarkan dalam istana raja yang dzolim dan menyimpang serta menganggap dirinya sebagai Tuhan. Dakwah nabi Musa sebagaiman dakwah nabi-nabi selainnya. Allah telah memahamkan tauhid kepada beliau secara lisan dan memilih beliau untuk mengemban amanat risalahNya dan melaksanakan ibadah kepadaNya. Allah Ta'ala telah mengajarkan kasih sayang dan kelembutan berdakwah kepada beliau. Karena itulah jalan yang paling dekat dengan hidayah Allah. Beliau melaksanakan perintah Allah dan berdakwah kepada agama Allah dengan mengharap hidayah Allah. Agar beliau termasuk orang yang takut kepada Allah dan berlindung dari segala akibat kesyirikan dan kedzoliman.

5. Nabi Muhammad SAW.

Semua nabi memiliki peran yang berbeda tetapi dengan tugas dakwah yang sama. Semua peran terpuji di dunia ini pernah dilekatkan kepada nabi Muhammad SAW. yaitu sebagai anak, ayah, paman, kakek, sahabat, saudara, tetangga, guru, panglima perang, kepala negara, pedagang, majikan, pekerja, dan sbagainya. Semua peran dilakukan dengan baik. Inilah yang di dalam al.qur'an surat al.ahzab ayat 21 diterangkan bahwasanya nabi Muhammad adalah suri tauladan yang baik. Bagi pendakwah peran nabi sangat penting untuk dipelajari dan ditiru.

Ada dua hal yang dapat dicatat dari pengalaman dakwah para nabi. Pertama, setiap nabi memiliki peranan yang terkait dengan mitra dakwahnya. Kedua, semua peranan nabi tersebut juga pernah diperankan nabi Muhammad SAW. Kita lebih mudah menggali keteladanan dakwah dari Rosulullah SAW. daripada para nabi lainnya, karena hampir semua kehidupan Rosulullah SAW. tercatat dengan baik dalam kitab-kitab hadis. Tidak ada dakwah nabi yang lebih lengkap dan terperinci selain dakwah Rosulullah.


Problematika dakwah adalah permasalahan yang muncul dalam proses dakwah yakni ketika da’i menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu para mad’u. Yang akan kita bahas disini adalah problematika yang terjadi pada pendakwah perempuan, pendakwah anak-anak, pendakwah muallaf, dan honor bagi pendakwah.[8]

1. Pendakwah Perempuan

Pendakwah perempuan di depan publik masih dipersoalkan fi kalangan ulama. Antara lain terkait dengan batasan aurot perempuan di luar ibadah apalagi berbicara dengan lawan jenis yang bukan mahromnya. Suara perempuan masih diperdebatkan apakah masih aurot atau tidak. Keluarnya perempuan yang menimbulkan fitnah belum dirumuskan batasannya.

Sebenarnya beberapa pendakwah perempuan banyak di jumpai dalam sejarah. Seperti halnya Aisyah r.a. yang di kenal sebagai perowi hadis. Dan sedikit para tabiin laki- laki berguru kepada beliau. Selain itu tuntutan wajib belajar tidak hanya untuk laki-laki, melainkan  diwajibkan juga kepada perempuan.

Kenyataannya saat ini peran-serta perempuan telah mendapatkan aspirasi di tengah masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, pendakwah perempuan mutlak dbutuhkan. Jika kendalanya terletak pada fitnah (dampak negatif) maka kita perlu menciptakan situasi yang dapat menjauhkan fitnah tersebut.

2. Pendakwah Anak-anak

Hal yang dipermasalahkan dari anak-anak sebagai pendakwah adalah belum adanya beban tanggung jawab (taklif). Selain itu kematangan berfikir dan kedewasaan bersikap dan bertindak umumnya belum terjadi pada masa anak-anak. Pengetahuan dan pengalamannya juga masih terbatas. Selain itu, kewibawaan anak-anak di mata orang-orang dewasa hampir tidak ada.

Saat ini telah banyak kita jumpai pendakwah mimbar yang dilakukan oleh anak-anak. Jumlah mereka semakin banyak seiring dengan banyaknya stasiun televisi Indonesia yang mengadakan lomba PILDACIL(Pemilihan Dai Cilik). Penampilan pendakwah anak-anak dapat berfungsi sebagai pemberi semangat orang tua dalam mendidik anaknya sekaligus bagi anak-anak yang lain untuk meniru jejak mereka yang memahami beberapa hal tentang ajaran islam dan bisa menampilkannya dengan gaya yang memukau. Karena bersifat pembelajaran, kita maklum dengan kemungkinan kesalahan pesan yang disampaikannya. Kita juga mafhum bila ia belum melakukan apa yang ia sampeaikan.

3. Pendakwah Muallaf

Mualaf pada garis besarnya ada dua macam, yaitu orang yang masih kafir tetapi ada tanda-tanda tertarik dengan islam dan orang yang sudah muslim tapi masih lemah imannya. Yang akan kita bahas disini ialah, orang yang muslim tapi masih lemah imannya.

Ada sejumlah mualaf diminta di beberala tempat untuk menjadi pendakwah di atas mimbar. Padahal, umumnya seorang mualaf belum mengetahui secara mendalam tentang islam. Tetapi, dakwah para mualaf justru lebih menyentuh sanubari kaum awam, karena mereka sama-sama berangkat dari "titik nol". Bagi penganut agama lain pendakwah mualaf juga bisa menjadi bukti bahwa jika seseorang mau mempelajari islam ia akan mengetahui kebenaran islam.

4. Honor Bagi Pendakwah

Dakwah bukan kegiatan bisnis, tetapi kegiatan sosial. Salah satu ciri khusus kegiatan sosial adalah keterlibatan sukarelawan. Mereka bekerja tanpa mengharapkan upah atau gaji. Mereka hanya menyalurkan dan mengembangkan idealisme. Akan tetapi mereka tidak dilarang untuk menerima upah yang tidak dimintanya tersebut.

Sampai saat ini, dikalangan masyarakat terjadi sesuatu yang tidak konsisten. Sejak dulu guru agama yang mengajarkan ilmu agama di dalam kelas, tidak diperdebatkan untuk menerima upahnya. Akan tetapi, masih terdengar kontroversi hukum seorang pendakwah yang menerima upah dari kegiatannya. Padahal guru dan pendakwah memiliki tugas yang sama.

Dalam perspektif manajemen dakwah, pendakwah tidak perlu meminta upah kepada mitra dakwah. Organisasi dakwah yang menunjuk seseorang sebagai pendakwah haruslah yang memikirkan upahnya sesuai dengan kelayakan umum. Para pendakwah memerlukan biaya hidup pribadi dan keluarganya. Bagaimana mungkin seorang pendakwah dapat berkonsentrasi dalam dakwah dalam dakwah jika kebutuhan keluarganya belum terpenuhi. Pendakwah dituntut memiliki stamina, spirit, dan profesionalisme. Lembaga-lembaga yang profesionalisme adalah lembaga yang dapat mengantarkan para pendakwah dengan kualifikasi tersebut. Dengan demikian terjadi hubungan timbal balik antara pendakwah dengan lembaga dakwah atau masyarakat pada umumnya.







Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendakwah adalah orang yang mengajak umat manusia ke jalan Allah SWT. sebagaimana yang telah disebutkan dari  uraian di atas. Adapun seorang pendakwah yang ideal supaya dakwahnya diterima dengan baik oleh para mitra dakwah harus memiliki keriteria, batasan-batasan ketika menyampaikan dakwahnya, juga menjadikan para Nabi sebagai contoh atau potret ketika berdakwah karena para Nabi mempunyai taktik tersendiri ketika berdakwah yang berdasarkan pada al-Quran dan tuntunnan Allah SWT. dengan itu dakwah yang disampaikan oleh para Nabi dapat diamibl dengan mudah oleh mitra dakwah pada waktu itu, namun ada juga yang masih tidak menerma bagi mereka yang keras hatinya untuk menerima kebaikan. Probelematika pendakwah merupakan permasalahan ketika berdakwah yang meliputi kejanggalan dalam dakwah seperti yang telah disebutkan di atas. Maka dari pada itu untuk diketahui bagi para pendakwah untuk memperhatikan hal-hal tersebut supaya sukses ketika menjalani ibadah mulia tersebut agar umat islam menjadi umat yang di rhidoi Allah SWT.

Islam agama yang beroreantasi kepada amal shaleh, menghindarkan pemeluknya dari perbuatan atau amal yang munkar.Jadi Bagi setiap pribadi muslim –dengan melakukan dakwah berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agamanya,yaitu islam.






Pendakwah sebagai sarana untuk merangkul umat untuk kembali ke jalan Allah harrus melakukan metodoloogi-metodologi dan evaluasi karena mengajak umat ke jalan yang diridhoi Allah merupakan perkara yang tidak semudah yang dibayangkan, jadi hal tersebut sangat perlu dilakukan agar mendapat apa yang Allah janjikan kelak di akhirat.








Ali Aziz, Moh. “Ilmu Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004.

Aziz Abdul.Dkk. Jelajah Dakwah Klasik-Kontemporer”. GAMA MEDIA. Yogyakarta: Mei 2006

`Umair Rabi bin Hadi.  “Fiqih Dakwah Para Nabi AS”. Media Tarbiyah. Bogor:2006



















[1] Ali Aziz, Moh. “Ilmu Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004. hal:216

[2] Ali Aziz, Moh. “Ilmu Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004. hal:217
[3] Ali Aziz, Moh. “Ilmu Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004.hal:219
[4] Aziz Abdul.Dkk. Jelajah Dakwah Klasik-Kontemporer”. GAMA MEDIA. Yogyakarta: Mei 2006

[5] `Umair Rabi bin Hadi.  “Fiqih Dakwah Para Nabi AS”. Media Tarbiyah. Bogor:2006

[6] `Umair Rabi bin Hadi.  “Fiqih Dakwah Para Nabi AS”. Media Tarbiyah. Bogor:2006
[7] `Umair Rabi bin Hadi.  “Fiqih Dakwah Para Nabi AS”. Media Tarbiyah. Bogor:2006
[8] Ali Aziz, Moh. “Ilmu Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004. hal:251