MAKALAH
“SEPUTAR PENDAKWAH”
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Dakwah
Disusun Oleh:
Kelompok : 7
Dadang Abriatma : B92217056
Latifatul Zakiyah : B92217067
Witrialail Arfiansyah : B52217045
Zuhrotun Nisak : B52217046
Kelas: C3
Dosen Pembimbing :
M. Anis
Bachtiar, M.Fil.I
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2017
Bismillahirrahmanirrahim...
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih
lagi maha penyanyang, marilah kita
panjatkan puja dan puji syukur atas segala bentuk rahmat, nikmat, serta
inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berkaitan
dengan seputar pendakwah. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluaraga, para sahabat-sahabat beliau, serta
pengikut yang setia kepada beliau sampai akhir zaman.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
keilmuan dan wawasan bagi para pembaca yang budiman. Untuk ke depannya dapat
memperbaiki kesalahan dan menamabah kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Kami
haturkann terimakasih banyak kepada para dosen, terutama dosen dalam mata
kuliah ilmu dakwah yaitu Bapak “ M. Anis Bachtiar M.fill,i” karena berkat didikan, dorongan dan motivasi
dari beliau akhirnya makalah ini kami dapat selesaikan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 15 september 2107
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
Secara
bahasa dakwah adalah berasal dari bahasa arab yakni da`a, yad`u, da`watan. Kata
tersebut merupakan isim masdar dari kata da`a yang dalam ensiklopedi Islam
diartikan sebagai ajakan, seruan, himbuan, kepada islam. Jadi secara istilah
adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah SWT. Dakwah bisa dilakukan oleh setiap orang
mukmin yang memiliki pepngetahuan yang
luas tentang Islam. Tujuan dakwah adalah mengajak orang untuk menuju jalan Allah SWT. sebagaimana yang tertera
dalam Al-Quran yang berbunyi:
“ Ajaklah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijak), dengan
pengajaran yang baik serta berdebatlah dengan mereka secara baik.”
Melaksanakan
tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap mukmin. Setiap pribadi mukmin yang
sudah baligh dan berakal baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban
untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai
penyambung dari tugas Rasulullah SAW. Untuk menyampaikan dakwah karena dengan
itu Allah menyematkan predikat khoiru ummah bagi umat Muhamad SAW. mengajak
manusia ke jalan Allah hukumnya fardu kifayah di negeri-negeri atau wilayah
yang sudah da`inya yang melakssanakan dakwah tersebut. Jadi setiap negeri atau
wilayah perlu pendakwah, jikalau sudah ada pendakwah di suatu wilayah maka
hukumnya fardu kifayah karena telah menggugurkan kewajiban ini terhadap yang
lain dan ini merupakan suatu amalan yang agung. Namun jikalau di suatu wilayah
atau negeri tidak ada yang melaksanakan dakwah dengan sempurna, maka semua
oramg yang ada di dalam sautu wilayah atau negeri tersebut berdosa, dan wajib
atas semuanya, yaitu atas setiap orang melaksanakan dakwah sesuai dengan
kemamapuan dan kapasitas masing-masing.
Namun seorang
pendakwah atau muballigh harus memiliki
kriteria atau batasan dalam menyampaikan dakwahnya agar dakwahnya itu bisa
diterima oleh orang lain, seorang pendakwah juga harus mengambil potret dari
Rasulullah SAW. dalam menyampaikan dakwahnya karena Rasul merupakan madinatul
ilmi, kemudian probelematika pendakwah harus dipahami supaya pendakwah sukses
dalam menyampaikan dakwahnya.
1.
Apa saja batasan (kualifikasi) pendakwah?
2.
Bagaimana potret Nabi sebagai pendakwah?
3.
Apa saja probelematika seputar pendakwah?
1.
Menjelaskan tentang batasan pendakwah
2.
Menjelaskan bagaimana potret Nabi sebagai
pendakwah
3.
Menjelaskan
probelematika seputar pendakwah
Batasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa juga diartikan sebagai
kualifikasi. Kualifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah macam-maacam,
pembatasan. Jadi pada kesempatan kali ini penulis akan menjealaskan tentang
batasan-batasan tentang pendakwah ketika menyampaikan pesan dakwahnya kepada
mitra dakwah.
Sedangkan, Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah. Ia juga disebut da`i(الداعي). Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang
yang menyampaikan pesan komunikasi (massage) kepada orang lain.[1] Secara
ideal pendakwah adalah orawng mukmin yang menjadikan Islam sebagai agamanya
Al-Quran sebgai pedomanya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai pemimpin dan
teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan
perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikannya Islam yang meliputi
akidah,syariah, dan akahlak kepada seluruh umat manusia (Bassam al-Shabagh,
t.t.:97). Definisi ini menuntut pendakwah untuk mengamalkan ajran islam sebelum
menyampaikannya kepada orang lain.
Kualifikasi pendakwah secara umum dibagi dua yaitu;
pendakwah laki-laki dan pendakwah perempuan, namun pendakwah perempuan salah
satu probelematika dalam dakwah hal ini akan dijelasakan pada pembahasan
selanjutnya.
Jadi setiap individu memiliki kewajiban untuk
berdakwah sesuai dengan kompetensi dan kapasitas masing-masing yaitu yang telah
mengamalkan secara benar segala aspek dalam Islam,baik itu akidah, akhlak, dan
syariah. Sebagaimana yang tertera dalam hadist ynag artinya “barang siapa yang
melihat kemukaran maka, nasihatilah (ubahlah) dengan tangannya dan jika tidak
bisa maka ubahlah dengan lisan dan jika tidak bisa maka dengan hati dan itu
adalah selemah-lemah iman.
Namun pada kesempatan ini batasan (tutunan ideal)
seoarang pendakwah merupakan pembahasan pertama, bagaimana kereteria yang pasti
seorang pendakwah meskipun hakikatnya setiap orang dapat berdakwah untuk
menyampaikan islam.
Tuntunan ideal untuk pendakwah banyak diutarakan
oleh para ulama, diantaranya berikut nama-nama ulama yang mengutarakan tentang
hal itu:
1.
Aboebakar Atjeh
(1971:m46-49) membuat beberapa syarat bagi pendakwah, yaitu beriman dan percaya
sungguh-sungguh akan kebenaran islam yang akan disampaikan; menyampaikannya
ddengan lisannya sendiri dan dengan amal perbuatan; dakeah yang disampaikan
bukan atas dasar rasa fanatik (ta`assub) kam dan golongan; pesan yang
disampaikan berdasarkan kebenaran yang lengkap dengan dasar yang tidak
ragu-ragu; rela mengorbankan jiwanya di atada jalan Allah SWT.[2]
2.
`Abd al-Karim Zaydan
(1993: 325) juga menghendaki kesempurnaan seorang pendakwah. Ia menunutut
pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang mendalam, iman yang kokoh, dan
hubungan yang kuat dengan Allah SWT..
3.
Abul A`la al-Maududi
dalam bukunya Tadzkirah al-Du`ah al-Islam (1984: 36-54) mengatakan bahwa
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pendakwah secara peroranagan dapat
disimpulkan sebagai berikut:[3]
a)
Sanggup memerangi
musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsu demi ketaatan dan mendapat ridho
Allah SWT. dan Rasulnya.
b)
Sanggup berhijrah dari
hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirnya di hadapan Allah SWT. dan di
hadapan umat.
c)
Mampu menjadi
uswatun hasanah (teladan yang baik) dengan budi pekerti dan akhlaknya bagi
mitra dakwahnya.
d)
Memiliki persiapan
mental, sabar, senang memberi pertolongan kepada oang lain, cinta dan memiliki
semangat yang tinggi dalam mencapi tujuan,
dan menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus-menerus secara
teratur dan berkesinambungan.
4.
Musatafa Assiba`i (1993:
30-44) memberikan sifat pendakwah yang ideal sebaai berikut:[4]
a)
Sebaiknya pendakwaah
dari keturunan yang terhormat dan mulia, sebab kemulian pendakwah atau reformer
(pembaru) merupakan daya tarik perhatian masyarakat.
b)
Seorang pendakawah
seharusnya memiliki rasa perikemanuasiaan yang tinggi, karwan dengan itulah ia
akan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lemah.
c)
Pendakawah memliki
kecerdasan dan kepekaan.
d)
Seyogianya seorang
pendakwah hidup dengan hasil usahanya sendiri tentunya dengan jalan yang baik.
e)
Riwayat hidup
pendakwah merupakan kesuksesan untuk mengajak umat ke jalan Allah, sebab dengan
latar belakang hidup yang seperti itu tidak akan ada orang yang akan mengungkit
cacat dah aibnya selama dia melakasanakan dakwah.
f)
Pendakwah harus
memiliki wawasan yang luas, baik itu hasil riset ataupun observasi di kalangan
masyarakat.
g)
Pendakwah harus
meluangkan waktu untuk diisi dengan ibadah yang menghampirkan dirinya kepada
Allah SWT.
Dari pendapat Mustafa
Assiba`i kita merasa kesulitan untuk menemukan pendakwah yang menemukan
kereteria pendakwah yang memiliki syarat di atas. Terlalu smpurna untuk ukuran
manusia biasa. Para saahbat Nabi SAW. Pun juga belum tentu semuanya sesuai
denagn kriteria tersebut. Kita dapat mengambil dua point penting persyaratan ideal seorang
pendakwah di atas, yaitu berilimu dan beramal, berteori dan mempraktikkannya.
Ada tiga tingkatan
pendakwah dari segi pemahaman mengenai ajaran Islam, yaitu:
1.
Pendakwah Mujtahid
Pendakwah Mujtahid
adalah orang yang mampu mencurahkan pemikiran dalam menggali pemahaman langsung
dari Al-Quran dan Al-Sunnah. Ia tidak hanya menguasai bahasa Arab, namun juga
ahli dalam Ilmu Tafsir, Ilmu Hadist, Ushul Fiqh, dan semua cabang ilmu dalam
keislaman.
2.
Pendakwah Muttabi`
Pendakwah dalam kategori ini adalah orang yang
tidak memiliki kemampuan seperti Pendakwah Mujtahid. Ia hanya menyampaikan
produk penyampaian kelmpok pertama.
3.
Pendakwah Muqallid
Pendakwah Muqallid adalah orang yang hanya memahami
Islam secara dangkal tanpa mengetahui dasar hukumnya secara detail tapi ia
telah terpanggil untuk menyampaikannya kepada mitra dakwah.
Dari ketiga tngkatan
pendakwah tersebut, hanya pendakwah yang pertama yang cara intelektual memenuhi
syarat sebagai pendakwah. Sedangakan dua tiingkatan di bawahnya tidak memenuhi
kriteria pendakwah yang diajukan oleh para ulama.
Seoarang pendakwah
yang baik sebelum menyampaikan dakwah kepada masyarakat seharusnya lebih dulu
memahami apa yang akan dia sampaiakan. Sangat tidak logis, orang yang mengajak
kepada suatu kebaikan padahal ia sendiri yang belum memahami dan
mengamalkannya, adalah perbutan dosa jika pendakwah tidak menyesuaikan pesan
dakwah yang disampaikan dengan tindakannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah
SWT. berfirman dalam surah as-shaff ayat
2 dan 3:
ياأ يها الذين ءا منو ا لم تقولون
ما لا تفعلون كبر مقتا عند الله أن تقول ما لا تفعلون
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebpencian di sisi Abahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-shaff: 2-3)
Pendakwah adalah orang
yang menjalankan agama yang benar secara akidah dan praktik, mengajak manusia,
mengajak memerhatikan Islam maupun tidak, dengan menggunakan berbagai cara.
Jadi seorang pendakwah harus memiliki iman kepada Allah SWT. yang kuat, melaksanakn
sholat wajib, membayar zakat, puasa di bulan suci Ramdhan. Akan tetapi dalam
masalh etika pergaulan, kekhusyuan melaksankan sholat, senang kemewahan, atau
hal-hal yang bukan pada kategori hara, masih dapat ditoleransi. Hal ini
berdasar pada kaidah fiqih:
لا ينكر المختلف فيه و انما ينكر المتفق عليه
“perbuatan yang masih diperselisihkan hukum
keharamnnya tidak boleh ditentang, tetapi perbutan yang sudah disepakati
keharamnya harus ditentang”
Dengan penyederhanaan kualifikasi atau
persyaratan pendakwah, setidaknya ada dua hal positif yang diperoleh. Pertama,
setiap umat Tidak mendapati kesulitan bersetatus sebagai pendakwah. Kedua,
masyarakat tidak menuntut kualitas moral terlaluu tinggi pada pendakwah. Ia
adalah manusia biasa dengan segala kekurangannya. Dengan demikian, masyarakat
lebih memfokuskan perhatiannya pada pesan dakwah yang diterima daripada
terhadapa pribadi pendakwah. `Ali bin Abi Tholib r.a berpesan:
انظر ما قا ل و لا تنظر من قا ل
“Lihatlah apa yang
disampaiakan, jangan melihat siapa yang menyampaiakan”.
Pada hadist di atas
dijelasakan bahwa suatu pesan yang baik yang disampaikan oleh siapapun dapat
diambil sebagai sebuah pelajaran dan nasehat, hatta seorang pencuri pun
kalau yang disampaiakan baik, maka hal itu bisa dijadikan suatu pembelajaran.
Jadi jangan sekali-kali kita melihat siapa yang menyampaikan perkara tersebut,
tetaplah berpacu pada hadist diatas.
Tidak semua pendakwah yang memiliki kriteria ideal mampu diterima dakwahnya
di kalangan masyarakat, boleh jadi orang yang sedikit ilmunya mampu di terima
dakwahnya dan mampu mengajak orang-orang ke jalan Allah.
Allah Ta'ala telah
memberikan kabar yang agung tentang bagaimana keadaan nabi dalam menghadapi
kaumnya ketika berdakwah. Mereka menggunakan metode yang telah ditentukan oleh
Allah yaitu mengesakan Allah dan hanya ibadah kepada Allah.[5]
Dalam berdakwah tak sedikit kaum yang menentangnya. Pembahasan seputar dakwah
nabi yang ditentang oleh kaumnya merupakan masalah yang tidak perlu di panjang
lebarkan. Disini kita akan membahas tentang bagaimana metode dakwah yang
dilakukan oleh beberapa nabi, diantaranya nabi Muhammad, nabi Musa,
nabiIbrahim, nabi Nuh, nabi Yusuf. Berikut urain tentan kisah perjalanan beliau ketika berdakwah:
1. Nabi Nuh
Nabi Nuh dalam berdakwah benar-benar serius
mengajak kaumnya kepada mengesakan Allah, beribadah kepada Allah dalam kesungguhan
yang totalitas, tanpa merasa lelah ataupun bosan dalam menyeru kepada Tauhid.[6]
Dakwah beliau dibangun di atas dalil dan hujjah yang baik secara
logika maupun indrawi. Tetapi kaumnya terus menggantungkan diri mereka dengan
berhala-berhala dan sesembahan yang bathil.
2. Nabi Ibrahim
Bapaknya para nabi, imam ahli tauhid, beliau Nabi Ibrahim AS. Sang
kekasih Allah.Beliau berdakwah dengan penuh semangat dan mengajak pada
pengesaan Allah, menumpas dan menentang kesyirikan. Nabi Ibrahim melakukan perjalanan
yang berat dalam berdakwah. Beliau berdakwah kepada keluarga dan umat. Pertama
yang beliau seru adalah bapaknya, kemudian kaumnya dengan hujjah-hujjah yang
tidak dapat dibantah. [7]
Keselamatan nabi Ibrahim AS. dari api yang besar, setelah diubah
oleh Allah menjadi dingin dan diberikan keselamatan atasnya merupakan tanda
kekuasaan Allah yang agung. Bukti dari kenabian dan kejujuran beliau. Sungguh
benar tauhid yang beliau emban, dan sungguh bathil kesyirikan pada diri
kaumnya.
Upaya mencabut kesyirikan dan kesesatan merupakan suatu keharusan.
Dan demikianlah yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.
3. Nabi Yusuf
Nabi yang mulia, seorang nabi yang Allah turunkan sebuah ayat yang
panjang, menceritakan kehidupan perjalanan hidup beliau sejak masih kanak-kanak
hingga beliau wafat.
Nabi Yusuf AS. Memulai dakwah dengan meniti
jejak nenek moyang beliau memuliakan aqidah, serata menghina dan menghancurkan
kelemahan akal orang-orang musyrik saat mereka mengambil sembahan-sembahan
selain Allah, seperti berhala-berhala, sapi-sapi, dan gugusan bintang.
Tidak diragukan lagi, satu-satunya jalan
perbaikan disetiap tempat dan setiap zaman adalah dakwah aqidah, dan
mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Adapun mengenai hukum syari'ah harus tetap
ditegakkan, dan menjadi sebuah keharusan untuk merealisasikan hukum syari'ah
Allah.
4. Nabi Musa
Nabi yang kuat dan terpercaya, dakwahnya mengarah kepada tauhid. Dari kecil beliau telah terdidik dan dibesarkan dalam istana raja yang
dzolim dan menyimpang serta menganggap dirinya sebagai Tuhan. Dakwah nabi Musa
sebagaiman dakwah nabi-nabi selainnya. Allah telah memahamkan tauhid kepada
beliau secara lisan dan memilih beliau untuk mengemban amanat risalahNya dan
melaksanakan ibadah kepadaNya. Allah Ta'ala telah mengajarkan kasih sayang dan
kelembutan berdakwah kepada beliau. Karena itulah jalan yang paling dekat
dengan hidayah Allah. Beliau melaksanakan perintah Allah dan berdakwah kepada
agama Allah dengan mengharap hidayah Allah. Agar beliau termasuk orang yang
takut kepada Allah dan berlindung dari segala akibat kesyirikan dan kedzoliman.
5. Nabi Muhammad SAW.
Semua nabi memiliki peran yang berbeda
tetapi dengan tugas dakwah yang sama. Semua peran terpuji di dunia ini pernah
dilekatkan kepada nabi Muhammad SAW. yaitu sebagai anak, ayah, paman, kakek,
sahabat, saudara, tetangga, guru, panglima perang, kepala negara, pedagang,
majikan, pekerja, dan sbagainya. Semua peran dilakukan dengan baik. Inilah yang
di dalam al.qur'an surat al.ahzab ayat 21 diterangkan bahwasanya nabi Muhammad
adalah suri tauladan yang baik. Bagi pendakwah peran nabi sangat penting untuk
dipelajari dan ditiru.
Ada dua hal yang dapat dicatat dari pengalaman dakwah para nabi. Pertama,
setiap nabi memiliki peranan yang terkait dengan mitra dakwahnya. Kedua, semua
peranan nabi tersebut juga pernah diperankan nabi Muhammad SAW. Kita lebih
mudah menggali keteladanan dakwah dari Rosulullah SAW. daripada para nabi
lainnya, karena hampir semua kehidupan Rosulullah SAW. tercatat dengan baik
dalam kitab-kitab hadis. Tidak ada dakwah nabi yang lebih lengkap dan
terperinci selain dakwah Rosulullah.
Problematika dakwah adalah permasalahan yang muncul
dalam proses dakwah yakni ketika da’i menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu
para mad’u. Yang akan kita bahas disini adalah problematika yang terjadi pada
pendakwah perempuan, pendakwah anak-anak, pendakwah muallaf, dan honor bagi
pendakwah.[8]
1. Pendakwah Perempuan
Pendakwah perempuan di depan
publik masih dipersoalkan fi kalangan ulama. Antara lain terkait dengan batasan
aurot perempuan di luar ibadah apalagi berbicara dengan lawan jenis yang bukan
mahromnya. Suara perempuan masih diperdebatkan apakah masih aurot atau tidak.
Keluarnya perempuan yang menimbulkan fitnah belum dirumuskan batasannya.
Sebenarnya beberapa pendakwah
perempuan banyak di jumpai dalam sejarah. Seperti halnya Aisyah r.a. yang di
kenal sebagai perowi hadis. Dan sedikit para tabiin laki- laki berguru kepada
beliau. Selain itu tuntutan wajib belajar tidak hanya untuk laki-laki, melainkan diwajibkan juga kepada perempuan.
Kenyataannya saat ini
peran-serta perempuan telah mendapatkan aspirasi di tengah masyarakat. Tidak
dapat dipungkiri, pendakwah perempuan mutlak dbutuhkan. Jika kendalanya
terletak pada fitnah (dampak negatif) maka kita perlu menciptakan situasi yang
dapat menjauhkan fitnah tersebut.
2. Pendakwah Anak-anak
Hal yang dipermasalahkan dari
anak-anak sebagai pendakwah adalah belum adanya beban tanggung jawab (taklif).
Selain itu kematangan berfikir dan kedewasaan bersikap dan bertindak umumnya
belum terjadi pada masa anak-anak. Pengetahuan dan pengalamannya juga masih
terbatas. Selain itu, kewibawaan anak-anak di mata orang-orang dewasa hampir
tidak ada.
Saat ini telah
banyak kita jumpai pendakwah mimbar yang dilakukan oleh anak-anak. Jumlah
mereka semakin banyak seiring dengan banyaknya stasiun televisi Indonesia yang
mengadakan lomba PILDACIL(Pemilihan Dai Cilik). Penampilan pendakwah anak-anak
dapat berfungsi sebagai pemberi semangat orang tua dalam mendidik anaknya sekaligus
bagi anak-anak yang lain untuk meniru jejak mereka yang memahami beberapa hal
tentang ajaran islam dan bisa menampilkannya dengan gaya yang memukau. Karena
bersifat pembelajaran, kita maklum dengan kemungkinan kesalahan pesan yang
disampaikannya. Kita juga mafhum bila ia belum melakukan apa yang ia
sampeaikan.
3. Pendakwah Muallaf
Mualaf pada garis
besarnya ada dua macam, yaitu orang yang masih kafir tetapi ada tanda-tanda
tertarik dengan islam dan orang yang sudah muslim tapi masih lemah imannya. Yang
akan kita bahas disini ialah, orang yang muslim tapi masih lemah imannya.
Ada sejumlah mualaf
diminta di beberala tempat untuk menjadi pendakwah di atas mimbar. Padahal,
umumnya seorang mualaf belum mengetahui secara mendalam tentang islam. Tetapi,
dakwah para mualaf justru lebih menyentuh sanubari kaum awam, karena mereka
sama-sama berangkat dari "titik nol". Bagi penganut agama lain
pendakwah mualaf juga bisa menjadi bukti bahwa jika seseorang mau mempelajari
islam ia akan mengetahui kebenaran islam.
4. Honor Bagi Pendakwah
Dakwah bukan
kegiatan bisnis, tetapi kegiatan sosial. Salah satu ciri khusus kegiatan sosial
adalah keterlibatan sukarelawan. Mereka bekerja tanpa mengharapkan upah atau
gaji. Mereka hanya menyalurkan dan mengembangkan idealisme. Akan tetapi mereka
tidak dilarang untuk menerima upah yang tidak dimintanya tersebut.
Sampai saat ini,
dikalangan masyarakat terjadi sesuatu yang tidak konsisten. Sejak dulu guru
agama yang mengajarkan ilmu agama di dalam kelas, tidak diperdebatkan untuk menerima
upahnya. Akan tetapi, masih terdengar kontroversi hukum seorang pendakwah yang
menerima upah dari kegiatannya. Padahal guru dan pendakwah memiliki tugas yang
sama.
Dalam perspektif
manajemen dakwah, pendakwah tidak perlu meminta upah kepada mitra dakwah.
Organisasi dakwah yang menunjuk seseorang sebagai pendakwah haruslah yang
memikirkan upahnya sesuai dengan kelayakan umum. Para pendakwah memerlukan
biaya hidup pribadi dan keluarganya. Bagaimana mungkin seorang pendakwah dapat
berkonsentrasi dalam dakwah dalam dakwah jika kebutuhan keluarganya belum
terpenuhi. Pendakwah dituntut memiliki stamina, spirit, dan profesionalisme.
Lembaga-lembaga yang profesionalisme adalah lembaga yang dapat mengantarkan
para pendakwah dengan kualifikasi tersebut. Dengan demikian terjadi hubungan
timbal balik antara pendakwah dengan lembaga dakwah atau masyarakat pada
umumnya.
Dari berbagai uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa pendakwah adalah orang yang mengajak umat
manusia ke jalan Allah SWT. sebagaimana yang telah disebutkan dari uraian di atas. Adapun seorang pendakwah yang
ideal supaya dakwahnya diterima dengan baik oleh para mitra dakwah harus
memiliki keriteria, batasan-batasan ketika menyampaikan dakwahnya, juga
menjadikan para Nabi sebagai contoh atau potret ketika berdakwah karena para
Nabi mempunyai taktik tersendiri ketika berdakwah yang berdasarkan pada al-Quran
dan tuntunnan Allah SWT. dengan itu dakwah yang disampaikan oleh para Nabi
dapat diamibl dengan mudah oleh mitra dakwah pada waktu itu, namun ada juga
yang masih tidak menerma bagi mereka yang keras hatinya untuk menerima
kebaikan. Probelematika pendakwah merupakan permasalahan ketika berdakwah yang
meliputi kejanggalan dalam dakwah seperti yang telah disebutkan di atas. Maka
dari pada itu untuk diketahui bagi para pendakwah untuk memperhatikan hal-hal
tersebut supaya sukses ketika menjalani ibadah mulia tersebut agar umat islam
menjadi umat yang di rhidoi Allah SWT.
Islam agama yang
beroreantasi kepada amal shaleh, menghindarkan pemeluknya dari perbuatan atau
amal yang munkar.Jadi Bagi setiap pribadi muslim –dengan melakukan dakwah
berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agamanya,yaitu islam.
Pendakwah sebagai sarana untuk merangkul umat untuk
kembali ke jalan Allah harrus melakukan metodoloogi-metodologi dan evaluasi
karena mengajak umat ke jalan yang diridhoi Allah merupakan perkara yang tidak
semudah yang dibayangkan, jadi hal tersebut sangat perlu dilakukan agar
mendapat apa yang Allah janjikan kelak di akhirat.
Ali Aziz, Moh. “Ilmu
Dakwah”. PRENADAMEDIA GROUP. Jakarta: 2004.
Aziz Abdul.Dkk.
Jelajah Dakwah Klasik-Kontemporer”. GAMA MEDIA. Yogyakarta: Mei 2006
`Umair Rabi bin
Hadi. “Fiqih Dakwah Para Nabi AS”. Media
Tarbiyah. Bogor:2006